Sang pangeran duduk dihadapanku. Kaos abu-abu yang
dikenakannya sedikit basah oleh keringat. Wajarlah matahari siang ini begitu
bersinar. Mata Sang pangeran menatapku. Kubalas dengan senyum.
“Sudah 24 menit,” kata Sang pangeran. Dia mendengus kesal. Aku tersenyum geli oleh sikap tak sabarannya.
“Restoran ini nggak professional,” keluh Sang pangeran lagi.
Dan kembali aku terkikik geli.
“Seharusnya, tak usah ke cabang yang jauh. Restoran ini tersebar
diseluruh kota,” tanggapku.
“Seharusnya pula, mereka professional,” lanjutnya. Aku tersenyum.
Tak lama, seorang pelayan menghampiri meja kami. Dia membawa
nampan berisi beberapa gelas minuman. Lalu ia bertanya, “Pesan apa tadi?”
Sang pangeran menjawab, “Jus semangka dan…”
“Air putih,” lanjutku.
Namun, pelayan itu pergi begitu saja tanpa menaruh satu
gelas minuman. Kembali, Sang pangeran terlihat kesal.
“Sudah habis setengah jam!” keluhnya.
“Sabar,” jawabku masih dengan senyum.
Tak lama pelayan itu kembali, ia memberi kami minuman dan
makanan yang kami pesan.
Sang pangeran mulai memakan hidangan di depannya. Dia mulai
dari sayuran.
“Coba deh,” katanya.
“Aku nggak suka. Pasti pedas,” jawabku.
“Enggak. Coba dulu,” lanjutnya sambil menyodorkan sendok ke
arahku. Setelah berpikir singkat, ku lahap sayuran itu.
“Pedas? Enggak kan?” tanya Sang pangeran memastikan.
“Iya, enggak pedas,” jawabku.
Makan siang ini terasa special.
Setelah sekian lama aku menunggu adanya waktu untuk ku dan
Sang pangeran berdua. Setelah sekian tahun aku hanya dapat memimpikannya dalam
angan. Tapi, sekarang nyata!
Aku bahkan tak dapat berhenti tersenyum karena bahagia yang
aku rasakan. Dadaku bergemuruh. Jantungku berdegup lebih kencang. Aku merasakan
kembali rasa cinta. Cinta yang sekian tahun aku pendam.
Aku percaya, sedikit demi sedikit. Mimpi. Angan. Harapan. Doa.
Yang aku panjatkan. Yang aku pejamkan. Yang aku inginkan. Akan menjadi nyata. Walau
tak dapat sempurna, tapi jalan yang telah di tentukan oleh-Nya tak akan salah.
0 komentar:
Posting Komentar
you can leave coment :)