Hujan November tahun lalu. Ingatkah?
Aku menatapmu. Kamu berikan sorot mata yang penuh dengan keacuhan. Padaku yang tengah berperang melawan tangis.
Anganku kembali pada beberapa bulan yang lalu, dimana bahagia selalu hadir. Yang kau beri.
Kamu meminta ijin untuk pergi dariku.
Aku meneteskan hujan yang sama derasnya dengan hujan diluar ruangan.
Kamu bahkan tak peduli hal itu.
Sepihan bintang yang berbulan-bulan aku buat. Aku menulis dengan penuh niat didalamnya. Berharap itu menjadi kado spesial bukan kado perpisahan.
Hujan akhir Januari. Ingatkah?
Saat aku dan kamu kembali pada titik temu. Dalam pikirku, akankah kembali kedalam masa bahagia? Ya!
Pesan hujan berkata: Tidak!
Kamu pun akhirnya lenyap.
Bersama hujan.
Bersama angan.
Bersama seluruh ocehan manis yang kau buat.
Pesan hujan.
Agar aku bisa tetap melangkah.
Menatap pada titik dimana- mejikuhibiniu akan muncul, samar, pasti.
Pesan hujan.
Aku mengerti bahwa kamu tak akan pernah kembali lagi.
Selamat tinggal.
Pelangi menanti ku di balik pesan hujan.
