Aku terbelalak. Menatapnya. Dalam hatiku hanyalah degup jantung yang terdengar. Langkahku semakin kuat, pasti.
Aku menyapanya. Pandanganku langsung terbatas oleh punggungnya yang menjulang tinggi. Ah 6 tahun yang lalu tinggi kita masih sama.
Kami bercakap ringan. Hanya hitungan menit. Lalu sapa perpisahan diiringi jabat tangan dan derap langkah kaki yang menjauh.
Sungguh, Tuhan ini adalah pertemuan singkat. Pertemuan yang mampu membuatku bersemu merah.
Pertemuan di tempat yang bahkan tak pernah bisa aku bayangkan.
Yang aku ingat hanyalah sosok dimana dia dan aku masih memakai seragam merah-putih. Masih terlalu kecil untuk mengerti 'apa itu cinta'. Masih terlalu polos menatap dunia yang tak kenal ampun ini.
6 tahun sudah.
Aku kira rasa itu telah hangus, remuk, redam, rusak!
Nyatanya rasa itu tetap hidup. Hidup jauh di dalam hatiku.
Aku kira rasa itu telah hangus, remuk, redam, rusak!
Nyatanya rasa itu tetap hidup. Hidup jauh di dalam hatiku.
Mungkinkah ini hanyalah ekspresi rasa sepi?
Atau karena cinta pertama yang belum bisa terhapuskan?
Seharusnya rasa ini telah gugur bersama waktu yang mengubur
Seharusnya jiwa ini tak tertarik lagi dengannya yang menarik
Seharusnya aku pandai mengunci rapat hati ini
Seharusnya jiwa ini tak tertarik lagi dengannya yang menarik
Seharusnya aku pandai mengunci rapat hati ini
Nyatanya berlari hanya akan membuatku terjatuh lagi
Berlari hanya menbuatmu hilang sementara
Berlari hanya menbuatmu hilang sementara
Karena titik temu adalah di dunia nyata
Posted via Blogaway
0 komentar:
Posting Komentar
you can leave coment :)