Aku sedang berfikir keras saat menulis ini. Angan-angan tepatnya.
Seandainya, kenangan buruk yang menimpa manusia itu mampu di sapu bersih seperti saat menghapus noda dengan pemutih. Pasti rasa sakit hati dan trauma itu tak dikenal manusia.
Seandainya, obat penghilang rasa sakit mampu mengurangi rasa sakit karna trauma. Pasti dunia psikologi dan kedokteran lebih mudah menangani pasiennya.
Sekarang aku udah di daftarkan naik ke kelas 2 SMA. Waktu terasa cepat yaa..
Tapi kenapa, dengan berjalannya waktu rasa sakit itu tak kunjung hilang?
Apa ‘bekas luka’ itu akan selalu berbekas? Apa tak ada obat untuk menyembuhkannya?
Aku percaya, setiap jalan yang ditunjukkan oleh Allah akan baik untukku. Aku percaya. Aku percaya.. AKU BERUSAHA PERCAYA..
Tapi batas kepercayaan itu ternyata kembali pada 2 tahun lalu. Kembali kepada rasa takut. Kembali menjadi rasa trauma.
Aku berusaha agar pindah kelas, berusaha... tapi apalah kemampuan seorang murid?
Aku udah ngomong sana-sini, jalan sana-sini. Di saat anak-anak lain mulai meliburkan diri, aku tetap semangat masuk sekolah. Cuma 1 keinginanku, biar bisa satu kelas dengan mereka...
Oke, untuk sekelas sama my boy mungkin susah, jadi gapapa, nggak sekelas sama dia, tapi minimal aku ingin banget sekelas sama sahabatku! Dah itu aja! Dan mau dunia dalam kelas membenciku, setidaknya aku punya seseorang untuk tetap menopangku agar aku dapat tetap berdiri.
Aku takut.. kejadian itu terulang lagi. Aku takut.
Aku takut dengan tatapan mata orang yang melihatku.
Aku takut saat air mataku turun tapi tak ada bahu untukku bersandar.
Aku takut saat berbicara tapi tak ada yang mau mendengarnya.
Aku takut saat aku SENDIRI.
Dan rasa takut itu seperti mimpi buruk!
Mimpi buruk dalam waktu yang lama. Dan aku nggak ngerti gimana cara agar aku mendapatkan mimpi yang indah, yang membuatku nyaman saat aku tertidur.
Seandainya, kenangan buruk yang menimpa manusia itu mampu di sapu bersih seperti saat menghapus noda dengan pemutih. Pasti rasa sakit hati dan trauma itu tak dikenal manusia.
Seandainya, obat penghilang rasa sakit mampu mengurangi rasa sakit karna trauma. Pasti dunia psikologi dan kedokteran lebih mudah menangani pasiennya.
***
Oke posting ku kali ini sebenernya cuma mau bahas tentang emosiku aja.Sekarang aku udah di daftarkan naik ke kelas 2 SMA. Waktu terasa cepat yaa..
Tapi kenapa, dengan berjalannya waktu rasa sakit itu tak kunjung hilang?
Apa ‘bekas luka’ itu akan selalu berbekas? Apa tak ada obat untuk menyembuhkannya?
Aku percaya, setiap jalan yang ditunjukkan oleh Allah akan baik untukku. Aku percaya. Aku percaya.. AKU BERUSAHA PERCAYA..
Tapi batas kepercayaan itu ternyata kembali pada 2 tahun lalu. Kembali kepada rasa takut. Kembali menjadi rasa trauma.
***
Aku cukup kesel, jujur! Saat aku tahu aku beda kelas dengan 2 orang yang berarti buatku. My Boy dan My Bestfriend. Dan rasa sedih itu semakin menjadi-jadi saat aku tahu, teman sekelasku justru cewek itu :(Aku berusaha agar pindah kelas, berusaha... tapi apalah kemampuan seorang murid?
Aku udah ngomong sana-sini, jalan sana-sini. Di saat anak-anak lain mulai meliburkan diri, aku tetap semangat masuk sekolah. Cuma 1 keinginanku, biar bisa satu kelas dengan mereka...
Oke, untuk sekelas sama my boy mungkin susah, jadi gapapa, nggak sekelas sama dia, tapi minimal aku ingin banget sekelas sama sahabatku! Dah itu aja! Dan mau dunia dalam kelas membenciku, setidaknya aku punya seseorang untuk tetap menopangku agar aku dapat tetap berdiri.
***
Kejadian ini membuatku ingat, masa-masa yang buat aku down saat kelas 9 dulu.Aku takut.. kejadian itu terulang lagi. Aku takut.
Aku takut dengan tatapan mata orang yang melihatku.
Aku takut saat air mataku turun tapi tak ada bahu untukku bersandar.
Aku takut saat berbicara tapi tak ada yang mau mendengarnya.
Aku takut saat aku SENDIRI.
Dan rasa takut itu seperti mimpi buruk!
Mimpi buruk dalam waktu yang lama. Dan aku nggak ngerti gimana cara agar aku mendapatkan mimpi yang indah, yang membuatku nyaman saat aku tertidur.
0 komentar:
Posting Komentar
you can leave coment :)