Sabtu, 30 Juni 2012

Story

Diposting oleh Orange Rose di 09.00
 BINTANG part 1
Mutiara Nuzulia Nurlatifa

Aku berjalan, membuka tirai jendela kamarku. Kubuka gerendel jendela, hingga aku bisa menghirup udara pukul 8 malam. Aku duduk di ambang jendela kamarku itu. Kutatap langit malam yang penuh hamparan bintang. Cantik sekali. Mungkin inilah sebabnya Bunda memberiku nama Stella yang berarti bintang. Karena bintang itu sangat indah.
    Masih kutatap langit yang penuh hamparan bintang itu. Dinginnya udara malam tak dapat membuatku pindah dari tempat ku duduk sekarang. Karena cantiknya bintang di malam yang cerah tak dapat diganggu gugat. Apalagi oleh angin malam.
    Drrrrt.... drrrrt... drrrt....
    Mungkin angin malam tak dapat mengangguku tapi sebuah SMS dapat membuatku beranjak dari tempatku duduk.
    Ku ambil HP ku yang bergetar cukup keras tadi.

    Malam yg cerah. Q angkat kpla q hgg menatap lgt luas, tyt tdpt bnyk bintang dsna. Cb buka jndla kmrmu & tataplah bintang2 itu
    SMS itu dikirim oleh seorang yang amat aku sayang. Namanya Dimas yang sering kupanggil Bintang. Dialah pacarku.
    SMS dari dia membuatku terpanggil untuk kembali duduk di ambang jendela. Tapi kuurungkan niatku karena aku masih harus mengerjakan tugas sekolah yang numpuk. Jadi agar tidak tergoda, kututup jendela kamarku dan kututup kembali tirainya.

    Bintang yg ada d ats, adakah bintang yg ada d dlm hati q?
    Ku kirim SMS itu pada Bintang. Sebagai balasan SMS darinya.

    Nama ‘Bintang’ ku beri pada Dimas karena aku merasa dia sama berartinya dengan bintang. Karena bintang selalu menjaga langit kala malam, aku juga ingin Bintang selalu menjagaku, baik kala siang, malam atau kapan pun. Itulah sebabnya aku sangat menyayangi bintang-yang mana pun.

    Tidak. Krn bintang yg ada dlm hatimu akn slalu d dlm hatimu
    Itu balasan SMS dari Bintang. Betapa bahagianya aku terlahir di dunia dan memilikinya.



Awal aku bertemu Bintang saat aku duduk dikelas 2 SMP. Saat itu aku sedang berjalan menuju kantin bersama teman-temanku. Aku yang berjalan sambil mengobrol dan tak lihat depan, sedang Bintang yang berlarian di tengah orang berjalan, itu menyebabkan aku bertubrukan dengannya.
   
     “Aduh!!” teriakku karena terjatuh setelah ditabrak seorang cowok.
    Amel yang berada di sebelah ku refleks membantuku berdiri. Sedang cowok yang menabrakku justru melihatku dengan mata garangnya.
    “Heh! Kamu nggak kenal sama kata MAAF?” tanyaku sambil memberi penekanan pada kata ‘maaf’. Tapi cowok itu setelah berdiri justru membuang muka dan berjalan pergi.
    Sungguh kesan pertama yang menjengkelkan!

    Beberapa bulan kemudian ada undangan acara ekstrakulikuler astronomi, tempat dimana aku mengikuti ekskul. Tentu saja aku ikut!
    Nggak tahunya aku ketemu Bintang lagi. Dan ini adalah pertemuan kedua kami.
    Ajaib! Terjata dia juga ikut ekskul itu. Suatu kebetulan atau memang takdir?
   Setelah acara itu selesai dengan mengecewakan. Karena kami tidak melihat bintang-bintang tapi kita hanya berdiskusi dan berkenalan antar anggota ekskul saja. Dan menurutku itu sangat membosankan.
    Bintang ternyata adik kelasku. Tapi dia berada dikelas akselerasi. Saat acara itu entah kenapa aku jadi memperhatikannya. Tingkah lakunya dan tawanya yang sok cool itu yang membuatku tertarik. Mungkin, mulai saat itu sebenarnya aku sudah menyukainya.

    Setelah itu aku naik ke kelas 3 SMP. Banyak perubahan yang terjadi dalam hidupku saat itu.
    Tebak! Aku sudah punya pacar. Ini adalah pacar pertama dalam hidupku. Namanya Dimas Alva Zea. Yang mulai detik itu aku panggil dia Bintang.
    Aku dan Bintang mempunyai banyak kesamaan. Kami sama-sama ikut ekstrakulikuler astronomi dengan alasan menyukai bintang. Itu adalah persamaan terhebat kami.

    Bagaimana aku bisa jadian dengannya?
    Seuatu ketika aku sedang duduk dibangku depan perpustakaan. Aku sedang membaca sebuah novel sambil mendengarkan lagu. Dan tiba-tiba ‘dia’ mendatangiku. Dia duduk disebelahku. Kami mulai percakapan. Awalnya hanya percakapan ringan hingga kami menemukan persamaan kami itu.
    Hari itu hujan turun dengan derasnya. Sangat tak memungkinkanku untuk pulang bila tak dijemput Ayah. Jadi aku lebih berminat untuk menunggu Ayah menjemputku. Tapi Bintang lain, dia memintaku untuk pulang dengannya.
    Bintang ada di depanku. Menatap punggungnya yang bidang saja sudah membuatku berdebar kala itu.
    Aku sampai rumah dengan selamat, diantar dengan motor Bintang. Kami juga bertukar nomor HP. Setelah kejadian itu, kami sering bertemu dan berkirim SMS. Itu membuat kami tambah dekat dan akrab. Hingga kami jadian.

Yogyakarta, April 2011
Aku sudah berada di kelas satu SMA sekarang.
Aku dan Bintang sudah satu tahun jadian. Aku sangat bersyukur karena kami nggak putus-nyambung. Kami selalu hadapin masalah demi masalah dengan santai dan tenang. Bintang bukan tipe cowok playboy walau pun sebenarnya dia itu cukup eksis. Dia selalu dapat menjaga perasaanku. Terlebih dia tahu cara membuatku tersenyum saat aku tak tahu cara menghentikan tangisanku.
Setiap tindakan yang Bintang lakukan pasti selalu membuat ku terpana. Dia cowok yang baik. Mungkin memang aneh, karena saat pertama kali aku bertemu dengannya dan dia menabrakku namun tak meminta maaf. Aku pernah sekali menyinggung hal ini dan Bintang menjawab,
    “Aku sedang terburu-buru saat itu, makanya aku berlari tapi nggak taunya nabrak kamu”
Dan aku tak pernah meminta Bintang untuk meminta maaf lagi, karena ada dia disisiku itu sudah lebih dari sekedar kata maaf.
   
    Hubungan kami sekarang baik-baik saja. Itu yang aku rasakan sekarang. Karena kami benar-benar tidak pernah ada masalah yang mengancam hubungan kami. Tapi kenapa aku merasa bosan dan sepi? Tiba-tiba aku merasakan Bintang semakin jauh dariku.
    Apa karena Bintang sudah tak pernah mengirimiku SMS? Atau karena Bintang yang sudah seminggu tidak masuk sekolah karena harus merawat neneknya yang sedang opname? Lalu apa? Aku benar-benar tak faham. Tapi yang ku tahu, rasa sepi ini benar-benar tidak menyenangkan! Bahkan sekedar mengangkat telfon dariku pun ia tak pernah bisa. Ya! Telfon dari ku selalu ia abaikan.
    Aku merasa akhir-akhir ini, aku ini pacar Bintang, itu statusku! Tapi kenapa aku merasa aku bukan lagi pacar Bintang? Padahal aku masih sayang dia. Sangat menyayanginya. Tapi aku tak pernah tahu perasaannya.

Aku jadi ingat sama satu hal. Yaitu saat Bintang menembakku. Dia datang ke rumahku dengan membawa gitar dan menyanyikan lagu, tepat di depanku! Ah, tidak juga, karena saat itu Ayah dan Bunda juga ikut mendengarnya.
    Ayah dan Bunda menjadi saksi saat Bintang menembakku. Aku senang sekali! Ya, karena Ayah dan Bunda setuju aku berhubungan dengan Bintang. Kata bunda, Bintang itu tampan dan romantis.
    Saat itu Bintang menyanyikan lagunya Kerispatih yang berjudul Lagu Rindu.
    Tanpa basi-basi saat Bintang bilang, “Maukah jadi yang terakhir untukku? Aku ingin selalu melihatmu yang sedang menatapku” aku dengan wajah memerah menjawab, “Mau” aku tersenyum senang saat itu. Aku sayang Bintang. Bintangku!

    Kembali kekenyataan. Sekarang semua teman-temanku mulai mengataiku. Mereka bilang aku terlalu polos untuk tetap setia pada Bintang yang jelas-jelas mencampakkanku. Apakah Bintang mencampakkanku? Kurasa yang seperti ini bukan mencampakkan namanya. Dan lagi, aku percaya diamana pun Bintang berada, dia pasti selalu menjagaku. Siang atau malam. Karena dia, Bintang-ku!
    Dan lagi, ini baru memasuki masa dua minggu Bintang hilang dari mataku. Bukan berarti hubunganku berakhir.

    Pulang sekolah, aku duduk didepan sekolah dengan Resha. Dialah seorang yang dapat memahamiku kala aku sedang jatuh seperti sekarang ini. Dialah sahabatku.
    Menurut Resha aku hanya perlu bersabar dan menunggu. Suatu saat jika Tuhan menghendakinya Bintang pasti akan kembali padaku. Tapi apakah betul begitu? Aku takut, Tuhan tidak mengehendakinya.

    Aku sudah berusaha mencari Bintang semampuku. Tapi aku tak dapat menemukannya. Rumahnya selalu sepi saat aku datang berkunjung kesana. Bahkan guru-guru di sekolah pun tak ada yang tau dimana Bintang sekarang. Ini jelas aneh, karena sudah hampir satu bulan dia tak ada di sekolah. Tanpa ada keterangan!
    Resha bilang padaku, mungkin aku harus tanya teman dekat Bintang. Aku melakukannya.

    Aku menunggu di depan kelasnya Rendhy. Dia sahabat Bintang dari SD.
    Tak lama ia keluar dan berjalan ke arahku.
    “Rendhy!” aku meneriakkan namanya agar ia tahu aku ingin bicara padanya.
    “Ya?” tanyanya.

...... continue

0 komentar:

Posting Komentar

you can leave coment :)

 

Orange Rose :) Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review