Rabu, 04 Juli 2012

Story

Diposting oleh Orange Rose di 20.24
    BINTANG part 2
Mutiara Nuzulia Nurlatifa

    Kami berjalan untuk duduk dikursi depan kelas Rendhy.
    “Kamu mau tanya dimana Dimas?” tanya Rendhy sebelum aku memulai pembicaraan.
    “Ah iya! Kamu tau? Pasti kamu tau, kan?” kataku penuh dengan harap.
    “Aku tahu” jawab Rendhy.
    “Kamu tahu? Benarkah? Akhirnya ada juga yang tau dia berada dimana” kataku senang.
    “Tapi aku nggak bisa kasih tahu kamu” tambah Rendhy. Aku kaget!
    “Kenapa? Rendhy, ini penting! Aku harus tahu bagaimana keadaan nya sekarang! Cepat kasih tahu aku... aku mohon” jawabku. Sekarang aku mulai memelas. Aku terlalu capek untuk harus berdebat dengannya.
    “Aku sudah janji padanya, aku nggak boleh kasih tahu kamu sampek kamu lulus SMA” jelas Rendhy.
    “Gila!!” teriakku.
    Rendhy hanya diam. Raut wajahnya terlihat serius. Sebenarnya ada apa ini?
Aku mulai putus asa. Dan pelarianku selanjutnya hanyalah dengan menangis. Tapi Rendhy diam saja, dia membiarkan aku menangis.



    “Resha” sapaku pada Resha yang tengah mengobrol. Resha memandangku dan berjalan mendekatiku.
    “Bagaimana kemarin bicaranya dengan Rendhy?” tanya Resha.
    Aku menceritakan kejadian kemarin kepadanya. Dan aku kembali menangis.
   
    Selesai cerita, Resha mulai berbicara,
    “Lupakan saja Bintang-mu itu”
    “Nggak! Aku nggak bisa lupain dia”
    “Kamu pasti bisa! Percaya deh! Masih banyak pangeran berkuda putih diluar sana”
    “Tapi nggak ada yang seperti Bintang”
    “Bukankah dia sudah satu bulan tidak memberi kabar? Ini sama saja putus, Stella. Sudahlah, masih banyak cowok didunia ini”
    “Aku yakin, Bintang nggak mau putus dariku. Makanya aku juga....”
    “Stel! Denger, dunia ini nggak seindah cerita di novel atau di film-film khayalan. Ini nyata! Kenyataan emang nggak seindah mimpi. Itu yang harus kamu tahu sekarang. Aku yakin, akan ada yang jauh lebih baik dari Bintang untukmu”
    “Ini belum pasti, Sha”
    “Semua manusia punya sisi negatif juga. Mungkin sisi negatif dari Bintanglah yang belum kamu tahu. Kamu harus mulai mengerti, mungkin dia ingin putus, tapi tak tahu harus bilang bagaimana denganmu yang masih sangat mencintainya”
    “Tapi sampai satu bulan tak masuk sekolah?”
    “Aku mencari informasi dari guru piket, katanya Bintang sudah pindah ke Jakarta dari bulan lalu”
    
Malam ini aku merasa, aku mulai membenci bintang! Bintang itu punya sifat jelek, pengecut! Kala malam mendung, bintang pasti bersembunyi dibalik awan. Itu artinya bintang itu pengecut! Dia hanya ada saat hari sedang cerah tapi tidak kala hari sedang mendung. Aku jadi sedikit membenci bintang.

    Hari Minggu, aku berada diluar rumah untuk menghirup udara pukul 5 pagi. Masih cukup gelap, karena matahari belum terlalu terlihat. Tapi udara dingin yang sejuk membuatku sangat nyaman.
    Aku kembali mengenang masa lalu, yang datang memasuki fikiranku. Tiba-tiba seorang lelaki mendatangiku. Dia sedang jogging saat tiba di depan rumahku. Tubuhnya mungkin lebih tinggi 8-10 cm dari ku. Dan dia terlihat sangat manis dengan rambut sebahu yang modelnya mirip dengan artis favoritku, Kim Bum dalam drama BBF-nya.
    “Pagi, Stel” sapanya. Dia mengenaliku?
    “Pagi. Kamu kenal aku?” balasku heran. Dia duduk disebelahku sambil mengelap keringat yang menetes di wajahnya dengan handuk yang melingkar di bahunya.
    “Iyalah. Aku Adiran. Kita pernah satu kelas saat di kelas 1 SMP” jawabnya sambil tersenyum menatapku.
    “Aku lupa” kataku singkat. Aku tak berani menatap wajahnya, karena saat kulihat wajahnya jantungku langsung berdetak tak karuan.
    “Aku pindah pada awal semester satu. Oh ya, aku mulain minggu ini sudah tinggal di dekat rumahmu” lanjut Adiran. Dia sama sekali tak sadar kalau aku sedang gugup ditatapnya. God!
    “Oooh. Dimana? Setauku nggak ada rumah dijual didekat rumahku” jawabku.
    “Dua rumah dari depan rumahmu” jelas Adiran. Dia tersenyum lagi.
    “Umm... besok aku mulai sekolah di Jogja lagi, setelah pulang dari Bogor. Aku satu sekolah denganmu lagi. Senang bisa sama-sama kamu lagi, Stel” tambah Adiran. Lalu berdiri dan tersenyum. Dia melambaikan tangan lalu berlari pergi.
    Aku masih menatap punggung Adiran yang makin jauh dari mataku. Dan saat ku lihat dia menghilang dibalik pintu, ada sedikit perasaan kecewa dihatiku.

    Kubalik lembar demi lembar buku harianku. Banyak cerita tentang Bintang dan aku disana. Seperti yang aku tulis pada tanggal 4 April 2010.
  
  Hari ini aku pergi dengan Bintang hatiku. Senangnya...
    Bintang menjemputku pagi-pagi sekali dihari Minggu ini. Dia berpamitan kepada Ayah dan Bunda, lalu setelah mendapat izin dari mereka aku dan Bintang pergi dengan motornya.
    Dia mengenakan jaket parasit berwarna coklat dan kaos lengan pendek berwarna biru tua. Dia terlihat lebih ganteng dari biasanya. Aku sayang Bintang :D
    Kami pergi jalan-jalan menyusuri indahnya pagi kota Jogja.
    Saat sudah menunjukkan pukul 1 siang, kami berhenti di Amplaz untuk jalan-jalan disana. Kami juga nonton film di 21.

Setelah dapat tiket, kami menunggu di dalam 21. Bintang terus menggandeng tanganku. Serasa aku akan pergi meninggalkannya saja. Hihi
    Akhirnya kami masuk kedalam bioskop.
    Aku senang, kami berada di kursi paling atas dan di tengah.
    Dua gelas soda dan satu cup popcron ada di sebelah kami.
    Aku menikmati film yang Bintang pilih. Walau dalam hati aku amat sangat berdebar.
    Aku nggak nyangka, ditengah-tengah film dimulai, aku merasakan ciuman pertamaku!

    Diary... ini sangat mendebarkan!!

    Aku mulai meneteskan air mata. Lagi dan lagi untuk Bintang. Aku nggak nyangka saat-saat seperti itu pernah hadir dalam hidupku. Awal hubungan yang kami jalani waktu itu terkubur dalam buku harian berwarna merah marun-ku itu. Aku benar-benar kangen Bintang. Kangen!!

    Aku kembali pada kebiasaan lamaku. Duduk diambang jendela kamarku yang memang dibuat lebih luas. Aku menatap langit-langit yang memang gelap. Kusandarkan kepalaku pada tembok, dan kembali menangis. Entah mengapa, aku merasa amat cengeng!
    “Stella!”
    Seseorang berteriak memanggil namaku. Ku alihkan pandanganku mencari sumber suara. Ternyata Adiran berada di depan gerbang rumahku. Dia melambaikan tangan dan tersenyum padaku. Kubalas senyumnya. Aku berjalan turun dari kamar untuk bisa menemuinya.
    “Ada apa?” tanyaku setelah berada di depan sosok Adiran.
    “Ngapain duduk disana? Nggak takut jatuh? Lantai dua lho” tanya Adiran langsung.
    “Oh... aku suka melihat Bintang. Sayang di Jogja nggak ada Planetarium. Kalau ada aku pasti rajin ke sana. Hehe” jawabku. Aku kembali menatap Adiran, tiba-tiba mukaku bersemu merah!
    “Hahaha... kamu cantik sekali malam ini, Stel” kata Adiran yang membuatku semakin tersipu. Aku memalingkan mukaku. Aku takut Adiran tahu mukaku sedang memerah. Tapi dia justru berusaha untuk melihat mukaku!
    “Kenapa dengan mukamu, Stel? Kenapa aku seperti tak boleh melihatnya?” tanya Adiran.
    “Tak apa” jawabku singkat.
    “Pergi yuk! Aku traktir minuman hangat di caffe dekat sini” ajaknya. Aku mengangguk.

    Kami duduk dan mengobrol macam-macam. Aku senang sekali malam ini. Hingga mampu membuatku lupa tentang Bintang dan kesedihanku.
 

0 komentar:

Posting Komentar

you can leave coment :)

 

Orange Rose :) Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review