Aku tak mampu lagi mengucap kata, menulis cerita, dan mengetik
pesan. Yang ku mampu sekarang hanya merindu, menatap foto, dan mengusap tangis.
Apa artinya aku bagimu? Pria yang
selalu kuukir nama dalam mimpi-mimpiku. Apa
artinya harapku? Pria yang selalu ku agung-agungkan. Aku hanya ingin kamu. Kamu
yang selalu ada disisiku.
Berjam-jam bahkan berhari-hari kutunggu pesan darimu. Hingga
jemari ini tak lagi kuasa menggenggam handphone.
Hingga tak kuat mengetikkan pesan.
Bukan! Bukan maksudku tak memberi kabar dahulu. Aku hanya
ingin tahu, arti pentingnya aku dalam harimu. Sebesar apa pengaruh hadirku
didalam kehidupanmu. Walau sudah kuyakini, penantianku tak akan membuatku
tertawa bahagia. Tak membuatku tersenyum bangga. Hanya membuat luka yang sudah
ada semakin besar dan dalam.
Kamu tau, ada aku! Aku yang menanti, menunggu, hadirmu.
Aku menginginkan waktu dimana aku selalu mendapat pesan
darimu. Bukan pesan yang akan membuatku mengiris luka, tapi pesan yang mampu
membuatku tersenyum bahagia tiap membacanya. Tapi kenyataannya, mulai beberapa
hari lalu, pesan yang kau kirim semakin jarang, semakin berkurang jumlahnya,
semakin cuek, dan semakin menjauhiku.
Dan aku hanya mampu terdiam menatap layar ponsel.
Apa hak ku?
Kosong. Tak ada. Dan tak akan pernah ada. Sejak kamu dan aku
berfikir bahwa solusi terbaik hanyalah menjadi kakak-adik.
Aku rindu kata manis darimu, rindu hingga tak mampu
kuartikan lagi. Rindu yang menyesakkan. Rindu yang tak tahu haru dibalas dengan
apa.
Aku hanya ingin bertemu. Melihatmu. Menatapmu. Dan kembali
mengukir senyum dibibirmu. Ijinkan aku melukiskan kisah yang indah diharimu. Sekali
saja. Dan aku akan berjanji untuk menyimpan segala perasaan yang menerpa diriku
ini dalam-dalam, sedalam aku mampu menutupnya. Akan ku berikan gembok kunci
yang kuat dan rapat, yang tak tertembus kenangan indah yang pernah ada. Akan kubuat
diriku mampu menutup mata kala melihatmu, hingga kau tak risih dengan hadirku.
Sejujurnya, aku mencintaimu.
0 komentar:
Posting Komentar
you can leave coment :)