Aku mulai merasa hidupku kacau tanpa kamu. Seharian aku
menunggu pesanmu dalam rindu. Dan angan melayang jauh, berandai aku dan kamu
bertemu. Rindu yang hanya dapat kuucap dalam diam. Apa kamu tau, ini akan
membuatku sulit bernafas?
Seseorang pernah berkata padaku, tentang hal yang selalu
mampu membuatku menangis dan termenung. Mungkin
kamu memang selalu menjadi perhatian dan selalu mendapat harapan tapi tidak
dengan kepastian.
Karena satu kalimat darinya itu membuatku selalu takut akan
harap. Aku takut hatiku tergetar dan terbuai lebih cepat dari situasi yang ada.
Aku takut. Dan entah, apakah aku masih mampu memeluk rindu saat tahu kamu
meninggalkanku.
Yang aku tahu pasti, aku memang mudah terlena, terbuai,
dengan harapan. Aku dengan mudah menitikkan air mata setelah aku merasakan
sakit saat menerima kenyataan – aku hanyalah
stasiun tempat persinggahan, bukan rumah tempat untuk selalu kembali pulang.
Lalu aku tak lagi dapat mengucap rindu. Tak lagi dapat
mengirimimu pesan. Dan tak lagi menunggu
pesan darimu. Karena semua akan terhempaskan begitu saja. Semua akan berlalu
dan terlupakan. Saat aku tak dapat menjadi sebuah kepastian. Dan saat kamu
melangkah pergi bersama yang lain, dan aku hanya mampu terdiam.
Mungkin aku hanya ditakdirkan hidup dalam kenangan. Saat kebahagiaan
itu hadir dan pergi oleh rasa sakit dan
kecewa. Saat perpisahan bukan hanya dalam malam tapi kenyataan. Saat aku tak
lagi ada dalam 24 jam hari mu. Saat aku kembali hanya mampu menatap dari
barisan wanita. Dan bukan tanganku lagi yang kau genggam. Karena saat itu tiba,
aku yang hanya sebagai stasiun tanpa kepastian hanya mampu menangis tanpa
pernah dapat kau pahami.
Impian, tak peduli
berapa lama waktu yang ada diantara kamu dan aku. Tak peduli sebesar apa jarak
yang mengelilingi. Tak peduli kenangan apa yang pernah ada dalam hidupmu. Yang pasti,
aku mencintaimu hingga mampu bertahan tanpa kepastian dan status. Walau remuk
dan hancur perasaan yang selalu mengepungku, tapi sekuat tenaga aku mencoba,
agar terus tegar. Karena aku masih dapat mengingat tawamu saat mataku terpejam.
0 komentar:
Posting Komentar
you can leave coment :)