desir sakit itu masih terasa. Memang
sudah berlalu, kenangan tentang kau dan aku. Yang entah apa hubungan kita dulu
apa bisa kuanggap sebagai kita atau tetap nama mu dan nama ku saja. Sejak kamu
pergi dan memilihnya menjadi kekasihmu. Aku mulai menjejali diri dengan derai
air mata dan rasa sakit yang amat sangat. Aku membunuh hati ku seakan tak akan
menerima maaf dari kekasihmu yang tak lain sahabatku.
Sahabat? Apa seorang sahabat akan
tega mengkhianati? Berkhianat hanya demi orang yang sama sekali belum ia kenal,
ia cinta, ia ketahui sosok dan wujudnya? Apa kau pantas menyandang status
sahabat, wahai (mantan) sahabat?
Lalu apa yang harus aku lakukan? Mengikhlaskan?
Mendoakan?
Tak muak kah kau? Jujur, aku muak
pada kisah klasik ini. Aku muak pada alur cerita yang sedang aku hadapi ini. Kisah
cinta yang sering kali ada dalam sinetron dan novel-novel roman. Tapi, aku muak
menjadi tokoh yang menjadi sorotan utama! Dan apa kah kau tak muak? Menjadi tokoh
antagonis dalam tiap alur cerita itu? Tolong, hargai dirimu sendiri (mantan)
sahabatku. Jangan mau menjadi olok-olok publik karena sikap mu itu. Jujur lah..
sikap mu itu tak hanya bikin publik muak, aku pun muak...
Jadi, untuk kalian berdua yang
sedang meniti karir dalam kisah roman. Aku berharap agar kalian selalu bahagia.
Agar tak ada tangis dalam kedua sinar matamu, lelaki tampan. Dan aku tetap bisa
melihatmu tersenyum berkat (mantan) sahabatku. Tetaplah seperti ini, lelaki
tampan. Aku menitipkanmu pada sosok dewi yang semoga berhati bidadari bukan
iblis :’)
Hey pria tampan! Tolong lepaskan
aku dari jerat cintamu. Aku pun ingin bahagia sama sepertimu!
0 komentar:
Posting Komentar
you can leave coment :)