“ aku hanya ingin kau tahu, besarnya cintaku, tingginya
khayalku bersamamu ”
Aku cuma ingin
menyampaikan apa yang aku rasa. Apa yang aku pendam. Apa yang aku jalani. Apa yang
aku perbuat. Untukmu.
Aku tahu,
aku teramat bodoh untuk menantimu, yang jelas-jelas menyayat perasaanku. Aku tahu
betapa tololnya aku, betapa idiotnya aku. Saat aku masih hidup dalam lingkupmu.
Hai. Aku ingin
menyapamu. Tiga huruf saja. Bolehkah? Bukankah katamu kita teman?
Aku tak
akan menuntut lebih. Karena aku juga lelah. Aku lelah mengobati luka yang kamu
buat. Kamu yang tak bertanggung jawab. Melukai namun tak mengobati. Berlaku bak
kesatria berkuda putih tetapi ternyata hanyalah cinderella kesiangan. Sepertinya
kamu cocok sebagai sales. Karena bibirmu mudah berbicara yang membuat orang
terkesima.
Ada sosok lain yang kini menanti
aku untuk melupakan sosokmu.
Ada yang mencintaiku dengan
tulus. Tanpa kebohongan. Karena matamu dan matanya berbeda. Pancaran yang
terpantul dari kedua bola mata kalian tak sama. Jujur dan dusta. Seperti itu
yang terpancar. Kamu dan dia, tak sama. Bagaikan langit dan bumi, laut dan
gunung, air dan api. Kalian berbeda! Baik buruknya kalian pun mampu aku pahami.
Namun mengapa aku sulit untuk pergi dari tatapanmu? Namun menagapa mataku
selalu menatap padamu dan bukan padanya? Kenapa otakku selalu mencari ejaan
namamu, bukan namanya? Kenapa yang hadir dalam memoriku adalah dirimu, dan
bukan dirinya? Kenapa? Kenapa Hai Pria tak bertanggung jawab?
“ kamu tak kan mengerti rasa sakit ini, kebohongan dari
mulut manismu “
Sudahlah,
akan aku akhiri semua ini. Kenangan tetangmu. Tentang sore, 31 Agustus 2012. Tentang
sms pertamamu. Tentang malam minggu pertamaku. Tentang Macromedia Flash MX
2004. Tentang lagu ‘Call Me Maybe’. Tentang lari estafet. Tentang UTS semester
ganjil 2012.
Akan aku
kubur dalam-dalam.
Akan aku
biarkan menguap perlahan.
Aku juga
akan bahagia.
Sepertimu. Yang
telah pergi. Seperti dirimu yang tak pernah menoleh kebelakang. Seperti dirimu
yang membiarkanku menangis sendirian. Seperti dirimu yang bahkan kini tak
berani menatapku.
Selamat tinggal.
Untuk terkahir kalinya. Aku akan mengucapkan, “aku masih mencintaimu dengan
sangat, tapi aku akan memilih pergi dari penantian yang tak berujung ini”
31 Agustus
2012 selamat tinggal. Sampai jumpa dengan cerita yang indah..
0 komentar:
Posting Komentar
you can leave coment :)